Gangguan Pengendalian Diri: Pyromania

Pyromania

Pyromania (ilustrasi)

Pyromania

Pemandangan kebakaran mempesona banyak orang. Jika sebuah bangunan terbakar, kebayakan orang yang lewat berhenti dan melihat saat api dipadamkan. Lilin dan perapian biasanga digunakan sebagai latar belakang suatu malam romatis atau intim. Bagi sebagian kecil orang yang memiliki kelainan syaraf yang disebut pyromania terpesona oleh api melebihi tingkat normal ketertarikan dan menjadi desakan yang memkasa dan berhaya untuk sengaja menyalakan api.

Karakteristik

Benar adanya dengan semua kelainan kendali syaraf, seseorang dengan pyromania tidak dapat menahan diri mereka untuk bertindak dalam desakan yang kuat dan memaksa, dalam hal ini desakan yang melibatkan maksud keinginan untuk meyiapkan, membuat, dan menonton api. Sebelum pembakaran, orang-orang ini menjadi tegang dan menimbulkan dan atas gambaran api yang mereka mengalami perasaan kenikmatan, kepuasan, atau kelegaan yang memuncak.  Perilaku mereka tidak didorong oleh motif krimial atau keuangan sebagaimana dalam kasus pembakar rumah yang memperoleh keuntungan keuangan melalui penipuan asuransi.

Pyromania merupakan kelainan langka, bahkan di antara pelaku pembakaran, hanya 2-3 persen yang dianggap sebagai penderita pyromania (Crossley & Guzman, 1985). Seperti halnya, penjudi patologis, pyromania lebih umum bagi pria, dengan tanda pertama yang paling sering ditunjukkan adalah ketertarikan patologis pada api saat kanak-kanak (Jacobson, 1985). Di berbagai kasus, kecenderungan seksual dilaporkan berperan dalam desakan perilaku membuat api (yaitu Bourget & Bradford, 1987, Quinsey dkk 1989), mengarah pada kemungkinan bahwa dalam beberapa kasus pyromania mungkin secara nyata sesuai dianggap sebagai perilaku paraphilic fetsishtic. Meski demikana hanya sedikit penelitian sistematis yang telah dilakukan untuk memastikan pernyataan tersebut.

Teori dan perawatan

Sebagian besar penderita pyromonia disebabkan oleh satu atau lebih persoalan atau kelainan, dan dalam kebanyakan kasus kelainan besumber dari permasalahan anak-nakan dan perilaku pembakaran. Sebagai upaya untuk memahami bagaimana pola pmbakaran tidak terkontrol dimulai, dan dalam sebuah upaya untuk mengembangkan program penanggulangan dini, peneliti telah melakukan penyelidikan luas menganai pembakaran pad anak anak, yang  melakukan dua sampai lima pembakaran (Wooden 1985). Anak pembakar tidak perlu tumbuh menjadi penderita pyromania, perilaku pembakaran pada anak-naka dan remaja muncul dari berbagai permasalahan. Wooden (1985) mengambarkan empat macam anak pembakar : anak-anak yang ingin tahu yang secara tidak sengaja membuat kebakaran saat bermain dengan koerk api, anak-nak yang bermasalah dengan orang tua yang mencari perhatian dan pertolongan, anak nakal yang menggunakan api untuk bertindak melawan yang berwenang, dan kelompok dengan beberapa gangguan psikologis yang berkembang menjadi pembakar kronis saat dewasa. Di antara kesus-kasus ekstrem tersebut, Wooden menggambarkan dua macam kepribadian : gangguan syaraf impulsif dan setengah gila. Penderita gangguan syaraf impulsif tidak sabaran, hampir hiperaktif, dan cenderung untuk merusak dan mencuri. Penderita setengah gila mengalami ketidakstabilan emosi, cenderung pemarah, berbagai fobia, dan kecenderungan melakukan kekerasan. sakah satu kasus yang paling terkenal seseorang yang memiliki bentuk ektrim perilaku pembakaran adalah David Berkowitz, pembunih berantai yang mengaku sebagai “Putra Sam” yang dilaporkan merancang 2000 kebakaran di kota New York selama periode 3 thun di pertengahan 1970-an.

Penelitian lainnya pada anak-anak yang nerkuta dengan perilaku pembakaran terbaru memberi ketean lebih mengenai bagaimana perbedaan anak-anak ini dari teman sebayanya. (Kolko & Kazdin, 1988, 1989a, 1989b). Anak-anak pembakar memiliki segudang ketertarikan dan rasa keingintahuan akan api, yang biasanya berkembang sebagai hasil pengamatan dan peniruan mereka atas perilaku pembakaran orang dewasa. Mereka mengetahuai lebih banyak mengenai apa yang diperlukan untuk menyalakan api, dan mereka biasanya memiliki pengetahuan yang mengagumkan mengenai bahan yang mudah terbakar. Sebagai tambahan, masalah keluarga, khususnya yang menyangkut disiplin, merupakan faktor yang berpengaruh.  Orang tua anak pembakar cenderung menerapkan gaya menngatur yang tidak dapat diperkirakan berkutat dari disiplin keras sampai hukuma ringan yang tidak efektif (Kolko & Kazdin 1989a). Hubungan orangtua anak biasanya dicirrikan dengan penyiksaan dan gangguan emosional yang tidak stabil yang menghailkan perkembangan perilaku kelainan tindakan termasuk pembakaran. (Lowenstein, 1989).

Kemungkinan sumbangan biologis bagi pyromania yang dikemukakan dalam penelitian menunjukkan serotonin dan norepinephrine tingkat rendah pada penderita kelainan ini (Roy dkk, 1988 ; Virkkunen dkk, 1987).

Kebanyakan penderita pyromonia menghindari perawatan, sehingga petugas medis hanya menemui mereka yang tertangkap dan diserhkan untuk mendapat bantuan profesional. Orang yang ditahan karena pembakaran seius mereka dikirim baik ke penjara atau ke rumah sakit jiwa, tergantung keadaan penahanan mereka dan proses tuntutan hukum. Idealnya, beberapa bentuk perawatan akan disediakan tanpa peduli penempatan pembakar.

Hanya ada sedikit informasi perawatan biologis, kebanyakan penangggulangan psikologis bagi pyromania yang umumnya diterapkan bergantung pada perisip behavioris. Prinsip yang paling tekemuka adalah teknik grafis, awalnya dikembangkan bagi perawatan anak yang terkait dengan pembakaran. (Bumpass, 1989).  Meneruskan metode ini, petugas medis dan klien membuat sebuah grafik yang terkait dengan sejarah perilaku seseorang, perasaan, dan pengalaman yang terkait dengan pembakaran.  Kiranya, presentasi vilsual kronologi sejarah perilaku ini memungkinkan klien menyadari hubungan sebab-akibat, dan untuk disesuaikaan dengan sunyal yang medesak untuk membakar muncul. Sebagai tanggapan sinyal tersebut, seseorang dapat digantikan dengan cara yang lebih tepat untuk mengurangi tegangan.  Teknik ini telah secara efektif membantu banyak orang menghentikan pembekaran mereka, namun ini hanyalah bagian awal terapi yang harus dipusatkan dalam pengembangan pandangan yang lebih dalam pada perilaku yang berbahaya ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

7,717 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>