Pendidikan Anak Usia Dini PAUD

PAUD pendidikan usia dini

PAUD

Salah satu fase penting dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia adalah masa kanak-kanak.  Masa anak-anak, khususnya 5 tahun pertama dan masa sekolah merupakan suatu masa dimana terjadi banyak perubahan baik secara fisik, kognisi maupun sosialnya. Biasanya oleh para ahli, masa ini disebut sebagai masa GOLDEN AGE atau masa keemasan. Masa ini menjadi penting karena seluruh proses pemasakan terjadi pada masa ini.  Secara fisik, perkembangan baik motorik halus dan kasarnya mulai berkembang dan mengalami pemasakan. Secara kognisi, pada tahun-tahun ini otak anak sedang “dirajut” menjadi sebuah struktur otak yang lengkap. Seperti kita ketahui bahwa otak ini memiliki domain atau bagian untuk setiap kecerdasan. Andaikata ketika otak sedang merajut otak dengan fungsi kognitif tertentu (berbahasa), mengalami kerusakan karena salah asuh, akan mempengaruhi perkembangan anak dalam hal kemampuannya berkomunikasi secara verbal.  Secara sosial, anak sedang mengembangkan pola sosialisasinya. Berhubungan dengan dunia luar, anak belajar berbagi, anak mulai belajar ada orang lain disekitarnya, ketika pada tahap seperti ini anak mengalami salah pengasuhan, akan mengganggu proses sosialisasinya nanti. Bisa-bisa anak menjadi apatis (tidak peka terhadap perasaan orang lain), mau menang sendiri, tidak bisa bekerja sama, tidak bisa mengelola emosinya dengan baik dan keadaan ini biasanya memberi dampak pada perkembangan jangka panjang, yaitu pada masa remaja atau dewasa nanti.

Studi mengenai pentingnya masa ini sudah banyak dilakukan. Di Indonesia sendiri ditandai dengan tumbuhnya banyak lembaga yang menangani PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Kepentingan ini berkaitan dengan pentingnya masa kanak-kanak dan pengaruhnya terhadap masa selanjutnya.  Beberapa penelitian telah dihasilkan berkaitan dengan apa yang terjadi pada tahun pertama dari kehidupan mempunyai signifikansi yang berlangsung lama pada masa pertumbuhan anak-anak dan kehidupan orang dewasa (Daniel Fung, 2002).

Take home test ini merupakan salah satu bentuk evaluasi ilmiah yang diberikan dalam rangka memahami masa kanak-kanak ini, khususnya PAUD.  Berikut adalah jawaban atas pertanyaan kritis yang diberikan dalam rangka memahami dan mendalami PAUD :

  1. Pembahasan mengenai perkembangan manusia tidak terlepas dari kontroversi-kontroversi tentang bagaimana proses perkembangan itu terjadi, al :
    1. Nature vs nurture (bakat vs pengasuhan) :

Teori nature menyebutkan bahwa sifat-sifat bahkan perilaku seseorang bersifat genetis, dalam artian apa yang ada dalam diri manusia merupakan bawaan. Jika berkaitan dengan gen, selalu berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa diubah atau akan menetap.  Misalnya seorang ayah yang memiliki emosi yang meledak-ledak, akan  menurun kepada anaknya. Gen pemarah ayah menurun pada anak.

Teori ini kemudian dipatahkan oleh teori lain yang mengatakan bahwa manusia berkembang dibawah pengaruh pengasuhan (nurture). Pengasuhan ini berkaitan dengan lingkungan. Sehingga ini berarti apa yang terjadi dan ditunjukkan seseorang (anak) merupakan pembentukan lingkungan. Misalnya, ayah yang pemarah tadi belum tentu akan mempunyai anak yang pemarah. Tetapi ia akan jadi pemarah karena melihat dan belajar karena didik dalam lingkungan yang pemarah. Jadi tidak bersifat menurun secara genetis tetapi penekananya pada proses belajar anak.

  1. Kontinuitas vs diskontinuitas :

Kontinuitas menunjuk pada pandangan bahwa perkembangan meliputi perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, dari pembuahan sampai kematian. Ada tahap-tahap tetap yang harus dilalui seperti konsepsi –- zigot — janin — bayi — anak — remaja — dewasa.  Apa yang terjadi pada anak saat ini merupakan akumulasi dari apa yang ia pelajari pada taap sebelumnya. Jadi tahap saat ini bukan tahap yang terjadi begitu saja. Misalnya kata pertama seorang anak, tidak terjadi tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari pembelajaran anak berbulan-bulan.

Diskontinuitas merupakan pandangan perkembangan yang meliputi adanya tahap-tahap yang khas atau berbeda dalam masa hidup.  Teori diskontinuitas ini menunjukkan suatu urutan tahapan yang bersifat kualitatif daripada bersifat kuantitatif. Misalnya seorang anak yang beralih dari kemampuan berpikir pra operasional ke berpikir abstrak.  Ada perubahan secara kualitatif, seolah-olah terputus dari perkembangan, tidak secara kuantitatif.

  1. Organismik vs mekanistik :
  1. Memahami perkembangan tidak terlepas dari metode penelitian yang dipakai. Dalam ilmu perkembangan ada beberapa bentuk penelitian yang dipakai seperti penelitian longitudinal, penelitian cross sectional, eksperimen, laboratorium, studi kasus. Metode-metode ini dipakai untuk mengukur perilaku anak secara ilmiah. Ada beberapa yang hal mempengaruhi reliabilitas pengukuran pada penelitian perkembangan.

Reliabilitas biasanya dipahami sebagai keajegan. Keajegan ini berkaitan dengan kondisi yang stabil. Dalam arti ketika pengukuran yang sudah ditetapkan untuk mengukur suatu perilaku anak di pakai untuk mengukur perilaku yang sama ditempat lain, hasilnya selalu stabil atau hampir sama. Bahkan bisa dikatakan hasilnya bisa di generalisasikan

Hal-hal yang bisa melemahkan realibilitas pengukuran adalah :

  • Kondisi anak yang tidak bisa diramalkan seperti cepat bosan, tidak betah dengan satu kondisi, tidak nyaman dengan kehadiran orang asing. Sehingga bisa saja hari ini anak hadir, pengukuran kedua pada esok hari atau jam lain, anak tidak mau hadir.
  • Kondisi anak dalam hal kesehatan. Anak yang tidak sehat tidak bisa mengikuti prosedur pengukuran dengan baik.
  • Kehadiran orangtua atau pengasuh menemani anak ketika pengukuran berlangsung. Keaslian sikap danperilaku anak akan mengalami bias.
  • Kondisi lingkungan (tampat pengukuran berlangsung) yang tidak mendukung. Misalnya ingin mengukur peningkatan kognisi dengan bermain konstruksi. Alat ukur kognisi yang diberikan pada anak dikota bisa berbeda hasilnya dengan anak didesa karena ketika pemberian permainan, kondisi tempat bermain didesa ribut dengan suara binatang dan diluar ruangan. Perhatian anak terganggu.
  1. Kesalahan type I dan Type II.  2 type kesalahan ini berkaitan dengan bagaimana menarik kesimpulan validitas secra statistik.  Ada 2 jenis pengambilan keputusan, yaitu apakah hipotesis bisa diterima atau ditolak.

Kesalahan type I terjadi apabila hipotesis I ditolak (dengan angka probabilitas sama dengan a–dimana a dipakai sebagai kritik untuk menolak hipotesis null)

Kesalahan tipe II terjadi apabila hipotesis ke 2, yang tidak diharapkan diterima (angka probabilitas sama dengan b, dimana  [1- b] = power).

  1. Darwin juga menulis buku yang berkaitan dengan perkembangan emosi. Salah satu buku yang ditulisnya mempermasalahkan apakah emosi itu merupakan bawaan ataukah dipelajari. Bagi Darwin, emosi merupakan sesuatu yang bersifat herediter, dibawa sejak lahir oleh seorang anak. Menurutnya kemampuan seseorang mengkomunikasikan emosinya lewat ekspresi wajah merupakan bawaan/ innate.

Bagi penulis sendiri, pendapat Darwin ini tidak sepenuhnya. Ini berkaitan dengan ada beberapa emosi yang memang bersifat bawaan, misalnya tempramen. Dan sesuatu yang berkaitan dengan bawaan biasanya tidak bisa dirubah tetapi bisa diatur atau dikendalikan frekuensi nya. Tetapi jika ini berkaitan dengan pengungkapan emosi dengan ekspresi wajah, hal ini lebih cenderung pada proses pembelajaran.  Sejak lahir, bayi hanya mengenal emosi dasar seperti sakit (merasa tidak nyaman), diekspresikan dengan menangis; merasa nyaman diekspresikan dengan tidur tenang, tersnyum, tidak rewel. Perkembangan selebihnya lebih terpengaruh pada pola pembelajaran orangtuanya atau lingkungan (kebudayaan).  Misalnya, anak belajar mengekspresikan perasaan marahnya dengan perilaku agresif, biasanya dipelajari dari lingkungannya.

Ketika anak melakukan kesalahan kecil, orangtua memarahi dengan suara keras, melotot bahkan memukul dengan maksud anak tidak mengulang, tetapi justru anak belajar, ketika dia marah, saya harus mengekspresikan emosi marah saya dengan memukul, bersuara kasar seperti mama/ papa/ pengasuh.

Atau ketika anak merengek sesuatu kemudian dengan tidak sengaja melempar sesuatu ditangannya, tetapi orangtuanya tidak marah, anak belajar bahwa ketika ia membutuhkan sesuatu, merengek, membanting-banting barang dan ia tidak dimarahi malah diberi apa yang ia mau.

Penulis sendiri menyimpulkan bahwa ada pengaruh bawaan emosi yang bersifat temprament akan tetapi pengaruh lingkungan (dalam hal ini lingkungan keluarga) memiliki peran beras juga salam pembentukan atau proses regulasi emosi anak.

  1. Menurut Piaget, pelajaran perkalian dan pembagian diberikan guru bila anak paling tidak sudah berumur 7 tahun.

Piaget adalah tokoh perkembangan kognitif. Ada beberapa tahap kognisi yang digolongkan Piaget :

  • Tahap sensori motoris (1-2 tahun)
  • Tahap pra operasional (2-7 tahun)
  • Tahap konkret operasional
  • Tahap formal operasional

Sebelum anak berumur 7 tahun, anak masih sampai pada tahap berpikir pra operasional. Pada tahap ini anak masih dalam tahap mengembangkan kemampuan, al :

  • Anak suka bermain dengan simbol. Anak baru sampai pada tahap pemikiran simbolik. Anak mampu menggunakan simbol-simbol untuk mengintrepretasi benda yang ia ketahu atau kejadian yang ia alami. Ini bisa kita lihat dari kegiatan anak bermaian. Umumnya mereka melakukan permainan yang bersifat fantasi, bermain drama dengan meniru perilaku orang dewasa, menggambar dan penggunaan bahasa anak ketika bermain.
  • Anak usia 6 tahun kebawah masih mengalami kesukaran dalam klafisikasi, pengambilan keputusan, menggunakan konsep angka, usia dan konversi.
  • Usia 5-6 tahun, anak masih mengembangkan cara berpikir yang tranduktif, yaitu mengambil kesimpulan dari hal khusus.
  • Anak usia pra sekolah sudah bisa memahami konsep benda-benda yang kongkret, tetapi belum bisa untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak seperti umur dan angka. Pemahaman angka mereka masih terbatas pada penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda konkret seperi batu, kuhttp://sewaalatinterpretersemarang.comrsi, buah, permen.
  • Anak juga belum memahami ada tidaknya perubahan dalam ukuran jika terjadi perubahan bentuk

Dengan beberapa alasan diatas, bisa disimpulkan mengapa Piaget mengusulkan mengenai kapan sebaiknya anak diberi pengajaran perkalian dan pembagian.

jogjatranslate.com jasatranslate.com copycdjogja.com duplikatcd.com alatinterpreter.us alat-interpreter.com sewaalatinterpreterjogja.com rentalalatinterpreterjogja.com persewaanalatinterpreter.com jasainterpreter.us sewaalatinterpretersurabaya.com sewaalatinterpretersemarang.com interpreterjogja.com

Teori Psikologi Pendidikan

gadis cantik di sekolah

Psikologi Pendidikan

 

  1. I.        Teori Koneksionisme Menurut Thorndike

Dalam proses belajar ada hubungan stimulus dan respons. Namun harus ada kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaab-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.

Untuk melakukan seleksi ada beberapa hukum belajar dari Thorndike:

  1. Hukum kesiapan (The Law of Readiness) yang rumusnya antara lain:

–          Jika sudah siap melakukan suatu tingkah laku maka ada kepuasan

Contoh orang yang sudah belajar untuk ujian maka di asnagat puas bila ujian tersebut berlangsung. Dia akan tenag bekerja dan tidak menyontek.

–          Bila sudah siap melakukan tingkah laku dan tidak melaksanakan tingkah laku tersebut maka akan menimbulkan kekecewaan.

Contoh jika seseorang sudah benar-benar siap untuk ujian dan ujian tidak dilaksanakan / diundur, maka ia sangat kecewa. Untuk mengurangi k kekecewaan, dia membuat gaduh dan protes.

–          Jika seseorang belum siap lakukan sesuatu tingkah laku tetapi dia harus melakukannya, maka akan menimbulkan ketidak puasan dan dia akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalanginya.

Contoh: siswa yang tiba-tiba diberi tes / ulangan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya maka akan ada protes pembatalan.

  1. 2.      Hukum latihan (The law of experience)

Hukum ini dibagi 2 hukum penggunaan (the law of use) dan hukum tidak ada penggunaan (the law of disuse)

Untuk the law of use dilakukan dengan latihan berulang-ulang hubungan stimulus dan respons makin kuat.

The law of disuse dinyatakan, hubungan antara stimulus dan respon melemah bila latihan, latihan dihentikan. Jadi makin sering sesuatu pelajaran diulangi. Pelajaran tersebut semakin dikuasai oleh anak.

  1. 3.      Hukum akibat (the law of effect)

Hubungan stimulus respons diperkuat jika akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan.

Contoh, sisiwa yang nyontek diberi nilai A maka pada kesempatan lain akan  memnyontek lagi.

Dalam pembelajaran menurut Thorndike

–          Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas

–          Materi pendidikan yang diberikan kepada siswa harus ada manfaatnya untuk kehidupan kelak keluar dari sekolah

–          Pelajaran yang diberikan tidak boleh melebihi kemampuan anak

 

  1. II.     Classical Conditioning Ivan Pavlov

Suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yangs ebelumnya tidak menimbulkan respon. Atau suatu proses untuk menintroduksi berbagai refleks menjadi sebuah tingkah laku. Jadi Classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process).

Di samping itu Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.

Untuk membuktikan teori Pavlov, dia mengadakan eksperimen terhadap anjing:

  1. Anjing dibiarkan lapar setelah bel dibunyikan, anjing benar-benar mendengarkan bunyi bel tersebut. Setelah bel berbunyi 30 detik, makanan diberikan, maka terjadilah refleks pengeluaran air liur.
  2. Percobaan dilakukan berulang-ulang dengan jarak waktu 15 menit
  3. Setelah diulangi 32 kali, ternyata bunyi bel saja telah keluar air liur dan air liur bertambah deras kalau makanan diberikan. Makanan sebagai pembuatan yang disebut reinformen yang disingkat R1.
  4. Berdasarkan eksperimen tersebut bel merupakan CS, makanana merupakan US, kelenjar air liur karena bel disebut CR.

 

  1. III.  Teori Operant Conditioning oleh Skiner

Skiner membedakan tingkah laku menjadi 2:

  1. Tingkah laku operan
  2. Tingkah laku responden

–          Tingkah laku operan, tingkah laku yang ditimbulkan oelh stimulus yang jelas

–          Tingkah laku operan, tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimulus yang belum diketahui semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.

Dalam proses pendidikan hadiah diberikan kadang-kadang jika perlu ada penampilan perilaku yang baik diberi hadiah (penguatan positif), ada penampilan perilaku yang baik diberi hukuman misalnya mengalihkan perhatian (pembuatan negatif)

Jadi hadiah diberikan kadang-kadang supaya ada perimbangan antara efek hadiah dan hukuman dalam perubahan tingkah laku.

Penerapan teori Skiner dalam proses pendidikan

  1. Bahan yang dipelajari dianalisis secara sistematis
  2. Hasil belajar diberitahukan, jangan ditunda, harus emmberi feed back. Jika saka dibetulkan, jika betul diberi reinforcement
  3. Pengarahan dalam mencapai tujuan sangat penting
  4. Dalam proses belajar mengajar dipentingkan aktivitas sendiri.

 

  1. IV.  Teori Behaviorisme

Tokoh utama aliran in ialah J.B. Watson

Menurut Watson:

Sebagai science, psikologi harus bersifat positif sehingga obyeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal yang dapat dilihat melainkan tingkah laku.

Metode yang digunakan dalam meliohat tingkah laku adalah obesrvasi.

Teori ini terbagi atas beberapa bagian yang penting.

 

  1. a.      Teori  Sarbon (stimulus and response theory)

Menurut teori ini, tingkah laku yang kompleks dapat dianalisis menjadi rangkaian unit perangsang dan reaksi (stimulus and response) yang disebut refleks.

  • Stimulus adalah situasi objektif yang wujudnya bermacam-macam. Misalnya rumah terbakar, kereta sesak dan sebagainya.
  • Respon adalah rekasi obyektif daripada individu terhadap situasi sebagai perangksang yang wujudnya bermacam-macam misalnya; refleks pattela, memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu dan sebagainya.

Jadi tujuan dari psikologi menurut Watson adalah;

Menetapkan data-data dan hukum-hukum sedemikian rupa, sehingga kalau kita tahu perangsang dapat meramalkan respon-respon dans ebaliknya kalau tahu responnya dapat mencapai perangsang yang mengakibatkannya.

  1. b.      Pengamatan dan kesan (sensation and perception)

Menurut Wtason dalam menghadapi manusia harus membuat stimulus dan respons)

  1. c.       Perasaan tingkah laku efektif

Di sini Watson berusaha untuk melihat perilaku emosional manusia (dalam arti yang dapat dialami) yaitu reaksi emosional:

–          takut

–          marah

–          cinta

Dan dapat disimpulkan menurut Watson bahw areaksi emosional dapat ditimbulkan dengan persyaratan (conditioning) dan rekasi emosional bersyarat itu dapat dihilngkan dengan persyaratan kembali (reconditioning). Prosesnya sama dengan Palpov.

  1. Dalam proses perkembangan ada pengaruh lingkungan (pendiidkan, belajar, pengalaman) menurut Watson rekasi-rekasi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Perekmbangan terbentuk karena latihan dan belajar.

 

  1. V.     Teori Gestalt menurut Koffka

Belajar pada pokoknya yang penting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapat respons yang tepat. Karena penemuan respons yang tepat tergantung pada structure dari pada bahan yang tersedia di depan si pelajar. Maka mudah atau sukarnya problem terutama adalah masalah pengamatan. Karena jika seseorang bisa melihat situasi dengan tepat maka akan memperoleh ”pencerahan” dan dapat memecahkan problem yang dihadapi.

Teori kognitif Jean Piaget

Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dibagi menjadi tahap sensorimotor, prapoperaional, operasional kongkret dan operasional formal.

Proses belajar bagi anak yang berada pada tahap sensorimotor berbeda dengan operasional kongkrit dan selanjutnya berbeda juga dengan operasional formal.

Jadi guru dalam proses belajar pembelajaran penyajian materi harus disesuaikan dengan tahapan tadi.

Jika materi yang disajikan tidak sesuai dengan tahapan tadi akan emnyulitkan anak untuk memahaminya.

Contoh mislanya anak yang berada pada tahap operasional kongkrit. Guru mengajar dengan menggunakan konsep-konsep abstrak tanpa ada usaha untuk ”mengongkretkan” konsp-konsep tersebut akan membingungkan siswa.

 

Ausebel

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut ”pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizers) didefinisikan dengan baik dan tepat bagi mahasiswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

Menurut ausebel ”advance organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat yakni:

  1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa.
  2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sementara dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dieplajari sedemikian rupasehingga membantu siswa memahami bahan belajar dengan lebih mudah.

 

Burner

Teorinya disebut free discovery learning.

Menurut teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu teori, konsep definisi dan sebagainya.

Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.

Contoh: untuk siswa memahami konsep tentang ”kejujuran” siswa tidak semata-mata ”menghafal”, definisi kata ”kejujuran” tersebut, melainkan dengan memplajari contoh-contoh kongrit tentang kejujuran.

Lawan dari pendekatan ini disebut ”belajar ekspositiory” (belajar dengan cara menjelaskan). Dalma hal ini siswa disodori sebuah informasi umum dan diminta untuk menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh khusus yang kongkrit.

Contoh: untuk masalah di atas mahasiswa pertama-tama diberi definisi tentang ”kejujuran” dan dai definisi itulah mahasiswa diminta untuk mencari contoh.

 

Teori Humanime Menurut Bloom Dan Kartwohl

Menurut Bloom dan Kartwohl pelajaran harus dapat disesuaikan dengan apa yang mencakup tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

  1. Kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan

–          Pengetahuan (mengingat, menghafal)

–          Pemahaman (menginterpretasikan)

–          Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

–          Analisis (menjabarkan konsep)

–          Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi satu konsep utuh)

–          Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya)

  1. Afektif terdiri dari 5 tingkatan

–          Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

–          Mersepon (aktif berpartisipasi)

–          Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tersebut)

–          Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai yang dipercayai

–          Pengamatan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup.

  1. Psikomotor yang terdiri dari 5 tingkatan

–          Peniruan (menirukan gerak)

–          Penggunaan (menggunakan kosnep untuk melakukan gerak)

–          Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

–          Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

–          Naturalisasi (melakukan gerak secara wajara.

Taksonomi Bloom, seperti yang kit aketahui berhasil memberi inspirasi kepda banyak pakar lain untuk mengembangkan belajar dan pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1992

Suryabrata Sumadi. Psikologi Pendidikan.  Raja Grafindo Persada. Jakarta Tahun 2004.

Wingkellll W.S. Psikologi Pelajaran. Gramedia Jakarta 1987.