Psikologi Kepribadian

menyendiri

menyendiri

  1. DISKRIPSI KASUS

Di sebuah dusun yang kecil letaknya di pulau Seram provinsi Maluku ada seorang anak namanya Udi. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Ayahnya seorang pemabuk, kehidupannya sangat tergantung pada alkohol. Pekerjaannya sebagai seorang PNS. Seluruh uangnya selalu dikelola sendiri tidak pernah diberikan kepada istrinya (ibu). Kebutuhan anak pun selalu diabaikan. Uang ayah selalu digunakan untuk mabuk dan main permpuan lain.

Ibu harus bekerja membanting tulang berjualan di pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga (makan, minum, sekolah). Udi mempunyai 6 orang saudara, Udi anak yang sulung. Dalam proses perkembangan kurang mendapati kasih sayang dari orang tua, tidak pernah diberi kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman dan tidak diberi kesempatan untuk ngomong dengan orang tua lebih khusus ayah. Ayah orang yang kejam, sering bertindak keras dalam keluarga. Memukuli ibu tanpa alasan yang pasti. Udi pun sering dipukul tanpa salah. Udi pernah diikat di tiang rumah karena permasalahan yang dialaminya dengan wanita simpanannya yang sebenarnya adik Ibu sendiri. Hari terus berlalu, penderitaan terus berlanjut sampai memasuki masa remaja. Pada masa remaja banyak keinginan yang dipendam, direpres karena takut kepada ayah dan selalu memilih menghindari dari hukuman dengan menunjukkan sikap yang selalu patuh terhadap ayah dan ibu. Walaupun bagi Udi sendiri sangat menyakitkan, karena banyak hal dibatasi. Semakin besar semakin ditekan oleh ayah, tidak bisa belajar kelompok, tidak bisa memakai jepit-jepit rambut berwarna, tidak bisa memakai bedak, pulang sekolah tidak bisa terlambat, walau jarak antara sekolah dan rumah sangat jauh dan harus jalan, kalau terlambat dicurigai macam-macam kemudian dipukul, kadang tidak dikasih makan dan Ibu tidak bisa menentang. Kalau Ibu bersuara, Ibu yang dicambuk oleh ayah. Pokoknya sangat menyakitkan, kadang kalau terlalu sakit rasanya mau bunuh diri saja karena berpikir lebih baik mati dari pada terlalu disiksa tanpa kesalahan yang pasti, namun ketika itu juga kadang muncul kekuatan ketika teringat tokoh-tokoh agama yang kokoh dalam penderitaan dan selalu berjuang.

Hal seperti ini terus berlanjut sampai Udi tamat SMP. Sekolah tamat, Udi mengambil keputusan harus sekolah di tempat lain dengan tujuan bisa memiliki kehidupan yang lebih bahagia.

Udi kemudian melanjutkan sekolah SMA di Ambon, ibu kota provinsi Maluku. Selama studi tidak pernah pulang karena waktu-waktu liburan sering dimanfaatkan untuk kerja menjadi pembantu rumah tangga.

Ketika tamat SMA, Udi bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama 2 tahun. Setelah itu uangnya digunakan untuk daftar kuliah. Udi kuliah sambil bekerja untuk membiayai studi pada semester IV tepat tahun 1997 ayah sempat meninggalkan ibu selama satu tahun. Itu salah satu masalah yang sangat menggoncangkan. Karena takut malu, takut diejek teman-teman. Udi selalu menghindar dari teman-teman dan memilih menyendiri. Segala sesuatu yang dialami biasanya direpres dan tidak pernah diketahui orang lain. Dan pada akhirnya membentuk kepribadian Udi menjadi orang yang ”psimis”, tertutup, tidak mampu berbicara di depan orang banyak karena takut gagal, takut salah dan sebagainya. Udi orang yang memiliki sifat introvert dominan, ekstrovet sedikit saja kalau mengalami tantangan ekstrovert direpres dan menjadi introvert lagi. Udi juga sering menggunakan topeng rendah hati untuk menghindar dari pertengkaran walaupun berada pada posisi yang benar karena takut bertengkar.

Walaupun demikian pahitnya hidup yang dijalai, namun Udi selalu mempunyai usaha untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah tujuan hidup.

  1. TEORI DAN ANALISIS

Dalam menganalisis kasus ini, penulis menggunakan teori analitik yang dikemukakan oleh Carl Jung.

  1. Teori

Menurut Carl Jung, tingkah laku Manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan ras (kasualitas), tetapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebgaai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku orang sekarang. Padangan Jung tentang kepribadian adalah: Prospektif dalam arti bahwa ia melihat kedepan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrofektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau. Mengutip kata-kata Jung ”Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab.”

Menurut Jung dasar-dasar kepribadian bersifat arkhaik, primitif, bawaan, tak sadar, dan mungkin universal. Freud menekankan asal-usul kepribadian pada masa kanak-kanak sedangkan Jung pada ras.

  • Struktur Kepribadian

Menurut Jung struktur kepribadian Manusia terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling berinteraksi. Sistem-sistem tersebut adalah ego, ketidaksadaran pribadi, ketidaksadaran kolektif, pesona, anima, animus dan bayang-bayang. Di samping itu terdapat sikap introversi dan esktroevrsi, serta fungsi pikiran, perasaan, pendirian dan institusi. Akhirnya terdapat diri (self) yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.

  • Dinamika Kepribadian

Menurut Jung kepribadian atau psyche sebagai sistem energi yang setengah tertutup, dikatakan setengah tertutup karena harus ditambahkan dengan energi dan sumber-sumber luar, misalnya makan, atau dikurangi dari sistem dengan melakukan pekerjaan yang menggunakan otot. Dinamika kepribadian rentan terhadap pengaruh-pengaruh dan modifikasi-modifikasi dari sumber luar, yaitu energi psikis.

Ini adalah contoh ketidaksadaran kolektif dan ini benar-benar ada dalam kepribadian Udi. Namun ada sebagian dari ketidaksadaran tadi diabaikan oleh ego sehingga mengganggu proses-proses rasional dasar dan membelokkannya ke dalam bentuk penyimpangan kasar, takut berbicara di depan orang banyak.

Hal ini terjadi karena ketidaksadaran tadi baik individual maupun kolektif ada yang disisihkan.

  • Persona

Dari uraian kasus di atas Udi juga sering menjadikan kerendahan hati sebagai topeng tuntutan tradisi masyarakat. Dimana anak harus menghargai orang tua, harus taat kepada orang tua untuk menciptakan kesan menjadi anak yang taat kepada orang tua dan bisa diketahui orang lain dan kadang-kadang digunakan untuk menyembunyikan pribadi yang sebenarnya.

  • Bayang-bayang

Berdasarkan uraian kasus di atas sebenarnya Udi memiliki bayang-bayang yang terdiri dari insting-insting binatang. Ada nafsu memberontak juga namun direpres dalam ketidaksadaran pribadi.

  • Anima dan animus

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa Udi juga sebagai wanita memiliki sisi feminism dan maskulin.

  • Diri atau Self

Karena diri adalah titik pusat kepribadian dimana sistem lain terkonsetrasikan. Diri juga adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang selalu diperjuangkan orang tetapi jarang tercapai. Seperti arketipe, orang mencari kebulatan khususnya melalui cara-cara agama. Pengalaman-pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman paling dekat ke diri (self-hood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia, sedangkan toko Kristus dan Budaha merupakan arketipe diri paling jelas yang dapat ditemukan di dunia modern.

Bertolak dari kasus yang diuraikan di depan, maka dapat dilihat bahwa dalam penderitaan yang dialami ada perjuangan yang dilakukan untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan yaitu kebahagiaan. Untuk mencapai hal tersebut kadang Udi mengkaitkan dengan pengalaman religius sejati karena itu yang paling dekat ke diri. Misalnya mempunyai masalah selalu berusaha untuk mencapai kepribadian yang kokoh dengan mengkaitkan dengan pengalaman-pengalaman religius. Mencontohi arketipe Kristus yang telah menderita disalib dan bisa menanggung semua penderitaan itu. Namun di dalam berusaha belum mencapai kesempurnaan. Dikatakan demikian karena kepribadian masih bergantung pada ego.

  • Sikap

Dari uraian kasus di depan Udi memiliki sikap introversi yang dominan segala permasalahan yang dialami selalu diarahkan ke dalam diri dan, suka menyendiri, tertutup.

Sikap ekstroversi kurang dominan dan tidak sadar. Dari uraian kasus dapat dilihat juga bahwa ada usaha untuk bagaimana membangun hubungan dengan dunia luar, mau membagi dan sebagainya. Tetapi kebiasaan kalau ada tantangan biasa sikap ekstroversi itu direpers kembali ke ketidaksadaran.

Contoh misalnya belajar kelompok, saya berusaha untuk bagaimana bisa membangun hubungan dengan teman-teman secara obyektif bisa mengeluarkan pendapat jika benar-benar saya tahu, dan itu bisa tetapi jika ada kesalahan dan ditertawakan, saya kembali berubah lagi menjadi introver tidak mau bergabung dan sebagainya.

  1. Dinamika Kepribadian

Berdasarkan uraian di depan dapat dilihat bahwa stimulus-stimulus lingkungan memberi perubahan pada distribusi energi dalam sistem kepribadian Udi.

Misalnya: ada dorongan energi psikis untuk bagiamana bersama teman, memenuhi keinginan bisa belajar bersama teman, bisa memiliki perasaan bahagia dan berjuang untuk menjadi yang lebih baik kadang dipengaruhi oleh stimulus dari lingkungan yakni lingkungan keluarga dan sekitar sehingga kepribadian hanya bisa stabil secara relatif.

  • Nilai-nilai Psikis

Dari uraian kasus di depan dapat dilihat bahwa Udi memiliki nilai yang tinggi pada perasan pesimis dan diam. Sehingga perasaan tersebut memainkan peranan penting dalam mencetuskan dan mengarahkan tingkah laku. Misalnya cepat putus asa, suka menyendiri dan takut. Dan itu adalah nilai relatif dari perasaan Udi.

  • Perkembangan Kepribadian

Dari kasus di depan bisa dilihat bahwa tujuan dari perkembangan kepribadian yaitu realisasi diri belum tercapai karena belum ada perpaduan yang harmonis dari seluruh aspek kepribadian Udi. Ego masih menjadi pusat pertentangan antara lingkungan dan tuntutan batin dari ketidaksadaran.

Memang sudah mulai ada proses penyatuan atau fungsi transeden tetapi belum seimbang dan terintegrasi dengan baik. Self belum berperan dengan baik walaupun sudah menggunakan. Pendekatan agama dikatakan arketipe diri Udi memang belum tampak. Kadang masih menggunakan topeng.

Masih ada perjalanan panjang yang mesti dilewati dalam membentuk kepribadian manusia itu dapat dipahami menurut kemana ia pergi bukan dimana dia berada.

Menurut Jung untuk mencari pemahaman yang sempurna tentang kepribadian kedua pandangan tentang sebab-sebab sebelumnya baik pengalaman maupun ras dan tujuan hidup/pandangan hidup ke depan.

Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kasualitas) tetapi juga ditentukan oleh masa depan (teologi).

  1. KESIMPULAN
  1. Kepribadian Udi bukan semata-mata ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak / masa lalu (kasualitas) tetapi ditentukan juga oleh masa depan, sehingga walaupun mempunyai banyak masalah yang menggoncangkan tetapi tetap ada usaha ke depan.
  2. Ada proses inetraksi antara struktur-struktur kepribadian.
  3. Dalam struktur kepribadian manusia ada ketidaksadaran individu dan ketidkasadaran kolektif.
  4. Terimakasih Tuhan walaupun masa lalu saya yang sangat menyedihkan tetapi itu bukan satu-satunya penentu/pembentuk kepribadian saya. Masih ada interaksi dan proses asimilasi dari bagian-bagian struktur kepribadian untuk membentuk Self/diri yang kokoh dengan mengambil pengalaman arketip Kristus tokoh yang kokoh dalam menghadapi setiap penderitaan.

Referensi :

Alwisol, Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press 2006.

Hall Calvin dan Lindzey Gardner, supratiknya A (ed). Psikologi Kepribadian 1 Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta. Kanisius 1993.

4 comments on “Psikologi Kepribadian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

6,497 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>