RANGKUMAN Psikologi Inteligensi Lanjut

Intelligence

Intelligence

RANGKUMAN Psikologi Inteligensi Lanjut

  1. A.   Inteligensi dan Kreativitas (Overlapping)

 

Apakah Inteligensi?

q   Intelligence is defined as general cognitive problem solving skills (Robert Kemp, 2005).

q   Inteligensi merupakan kemampuan kognitif seseorang untuk menyelesaikan masalah secara umum.

Apakah Kreativitas?

q   Creativity is the ability to think about something in novel and unusual ways and to come up with unconventional solution problems (Santrock, 2005).

q   Kreativitas adalah menggunakan pikiran (kecerdasan) untuk mengatasi masalah dengan cara-cara baru dan berbeda dari yang sudah ada.

Hubungan Antara Inteligensi dan Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu.

Pada umumnya skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas

Sejauh Manakah Hubungan Inteligensi dan Kreativitas?

q   Manusia dibekali kemampuan berpikir sebagai modalitas.

q   Kreativitas memerlukan latihan yang terstruktur ataupun tidak.

q   Kreativitas akan muncul kalau lingkungan memfasilitasi (diberikan toleransi, kebebasan berpikir, tantangan, dsb)

q   Memunculkan fenomena:

a.Cerdas – kreatif

b.Cerdas – kurang kreatif

c.Cerdas rata-rata – kreatif

d.Cerdas rata-rata – kurang kreatif

Journal of Personality and Social Psychology (Jessica, 2003)

q   Dalam diri individu ada yang disebut ”latent inhibition”, yakni rintangan yang tersembunyi (yang secara instink terjadi pada binatang), yang tidak disadari oleh manusia. Orang pada umumnya, berkecenderungan mengabaikan atau melupakan begitu saja objek stimulus yang diterima, meskipun objek itu sebenarnya menarik perhatiannya.

q   Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang kreatif, kadar latent inhibition begitu rendah (low level latent inhibition), mudah ditembus, sehingga memudahkan kontak secara intens antara  memori dengan  objek, dan memungkinkan munculnya ide-ide baru (new possibilities).

q   Kuat atau lemahnya (tinggi atau rendahnya) level latent inhibition inilah yang  berpengaruh pada mudah dan tidaknya memunculkan ide kreatif. Apakah untuk membongkar blocking “latent inhibition” ini perlu pembiasaan? Dengan kata lain: Apakah untuk menjadi individu yang kreatif perlu latihan?

q   Tingginya tingkat inteligensi apabila disertai dengan besarnya tingkat keingintahuan maka akan menstimulasi bagian otak kiri untuk berpikir konvergen dan otak kanan untuk berpikir divergen. Sehingga kedua otak akan berjalan secara seimbang. Taraf inteligensi pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya merupakan aspek kognitif, tetapi berbeda pada fungsi dan peranannya (Guilford, 1971).

Inteligensi dan Kreativitas

q   Apakah kecerdasan mempengaruhi kreativitas? Ya, karena inteligensi tinggi berpotensi memiliki kemampuan kreativitas yang tinggi pula.

q   Apakah kreativitas mempengaruhi kecerdasan? Belum tentu, karena kreativitas tidak mutlak membutuhkan kecerdasan, tetapi lebih kepada faktor lingkungan, kebutuhan untuk survive, dan kemampuan meminimalkan latent inhibition.

Beberapa hasil penelitian lain

q   Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

q   Koestler (Rawlenton, 1971) ditemukan hasil bahwa belahan otak bagian kanan dan bagian kiri mempunyai fungsi berbeda dalam proses kerjanya walaupun ini tidak secara mutlak.

q   Guilford (1971) yang menyatakan bahwa struktur intelegensi menggunakan proses berpikir secara konvergen. Sedangkan proses kreativitas merupakan proses berpikir secara divergen.

q   Teori Ambang Inteligensi untuk kreativitas dari Anderson menyatakan bahwa sampai tingkat inteligensi tertentu yang diperkirakan seputar IQ 120 ada hubungan yang erat antara inteligensi dan kreativitas

q   Munandar diperoleh koefisien positif sebesar 0,325 secara signifikan antara inteligensi dan kreativitas, yang menyatakan bahwa hasil studi korelasi dan analisis faktor membuktikan bahwa tes kreativitas sebagai dimensi fungsi kognitif yang relatif bersatu dapat dibedakan dari tes inteligensi, tetapi berpikir divergen (kreativitas) juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan berpikir konvergen (inteligensi).

q   Torrance (1959), Getzels dan Jackson (1962), dan Yamamoto (1964) berdasarkan studinya masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang  kreativitasnya tinggi tidak berbeda dalam prestasi sekolah dari kelompok siswa yang inteligensinya relatif lebih tinggi.

q   Milgram (1990) menekankan bahwa inteligensi semata-mata tidak dapat meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata. Demikian pula tes kreativitas sendiri.

 

Simpulan

q   Antara inteligensi dan kreatifititas memiliki persamaan dan perbedaan. Tetapi persamaan lebih dominan.

q   Setiap orang berpotensi untuk menjadi kreatif tergantung bagaimana orang tersebut meminimalkan latent inhibition dan bagaimana lingkungan memfasilitasinya.

  1. B.   Inteligensi dalam Kreativitas

 

Konsep Dasar

Inteligensi merupakan salah satu komponen kreativitas, tetapi peningkatan inteligensi tak selalu diikuti oleh meningkatnya kreativitas (Semiawan,1984 & Munandar 1985). Anggapan bahwa inteligensi telah mencerminkan kreativitas tidak sepenuhnya benar.

Faktor kreativitas menurut (Munandar, 1986): (1) intelegensi, (2) kepribadian, dan (3) lingkungan.

Hubungan antara inteligensi dan kreativitas hanya didapatkan pada kelompok inteligensi rendah, sedangkan pada kelompok lebih tinggi korelasi itu tidak begitu kuat (Kuwato, 1992)

Teori Ambang Inteligensi untuk Kreativitas

Sampai tingkat inteligensi tertentu  (IQ 120), ada hubungan yang erat antara inteligensi dan kreativitas. Produk kreativitas yang tinggi memerlukan tingkat inteligensi yang cukup tinggi pula, tetapi di atas ambang inteligensi itu tidak ada korelasi yang tinggi lagi antara inteligensi dan kreativitas (Anderson).

Bukti Teori

Evans (1991) à kemampuan menemukan hubungan baru, melihat pokok persoalan dalam perspektif baru, dan membentuk konsep baru dari dua konsep atau lebih yang telah ada dalam pikiran.

Kuhn à kemampuan untuk menemukan konsep baru, metode baru, hubungan baru dan gagasan operasional baru.

Stenberg & Lubart (1996) à menuntun pada penemuan-penemuan tingkat ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program baru.

Temuan Hasil Penelitian

q   Tidak ada hubungan antara kreativitas dan inteligensi dengan prestasi belajar.

q   Tidak ada hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar pada siswa kelas akselerasi (Uyun, 2005).

  1. C.   Kreativitas dalam Inteligensi

 

Teori Guilford (Structure of Intellect)

q   Guilford mengilustrasikan intelektual dalam bentuk sebuah kubus tiga dimensi yang masing-masing mewakili satu klasifikasi faktor-faktor intelektual yaitu dimensi isi,operasi, dan produk.

q   Dalam dimensi operasi salah satu prosesnya disebut divergent production yang mencerminkan kemampuan berfikir kreatif.

q   Dengan demikian maka, kreativitas merupakan salah satu bagian dari inteligensi.

Teori Kirk dan Gallegher (1985)

Menegaskan bahwa intelektual superior tetap merupakan penentu perilaku   kreatif.

Mash (1981)

Menambahkan bahwa IQ masih menjadi kriteria tunggal bagi munculnya  kreativitas.

Sternberg (1988)

Inteligensi terdiri dari tiga subteori yaitu; componential intelligent behavior, experiential intelligent behavior, contextual intelligent behavior.

Fakta dan penelitian yang mendukung

q   Leonardo Da Vinci mampu menciptakan sketsa helikopter pertama tanpa didasari pengetahuan mengenai operasional helikopter tersebut. Helikopter baru dapat diwujudkan sekitar 500 tahun kemudian. Kreativitas Da Vinci tersebut didasari oleh tingginya intelegensi yang dia miliki.

q   Daruma (1997) Tesis: Ada hubungan yang positif antara taraf inteligensi dan kreativitas dengan r = 0.370 dan p = 0.000, siswa dengan taraf inteligensi tinggi cenderung lebih kreatif dan siswa dengan taraf inteligensi rendah cenderung kurang kreatif.

q   Abdullah (1993) Laporan Penelitian: Ada hubungan yg positif antara inteligensi dengan kreativitas, anak yang taraf inteligensi tinggi maka  kreativitasnya juga tinggi dan sebaliknya.

q   Hasil penelitian terdahulu yang mendukung: Dewing (1970), Torrance (1974), Hurlock (1978), Munandar (1977) menyimpulkan bahwa semakin tinggi taraf inteligensi anak, semakin tinggi pula kreativitasnya.

2 comments on “RANGKUMAN Psikologi Inteligensi Lanjut

Leave a Reply to Gabriel Ribeiro Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *

6,502 Spam Comments Blocked so far by Spam Free Wordpress

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>